Wednesday

Jumlah Kematian Bayi Meningkat di Aceh

BANDA ACEH – Angka kematian bayi setelah melahirkan menunjukkan tren peningkatan di Aceh. Tahun 2013 tercatat ada 808 balita yang meninggal. Tahun 2014 jumlahnya naik menjadi 831 balita, atau meningkat sebesar 3,4 persen.

Untuk menekan angka kematian tersebut, Gubernur menginstruksikan Dinas Kesehatan Aceh agar membuat program khusus. Hal tersebut disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Aceh, dr M Yani, kepada Aceh-gayo.blogspot.com Selasa (21/3), di rumah pribadinya, Kompleks Perumahan RSUZA (Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin) Banda Aceh. Turut mendampinginya Kepala Biro Humas Sekretariat Daerah (Setda) Aceh, Ali Al Fatah.

Yani mengungkapkan, dalam amanahnya Gubernur rneminta Dinas Kesehatan Aceh dan kabupaten/kota agar lebih peka terhadap kasus kematian bayi di Aceh yang cenderung meningkat. "Gubernur meminta dinas kesehatan membuat program khusus untuk mengatasi pertambahan kematian bayi setelah persalinan tersebut," katanya. Sampai saat ini, dia sebutkan, baru enam kabupaten/kota yang memiliki persentase kematian bayi yang rendah, yaitu. Sabang 5 orang, Subulussalam 8 orang, Lhokseumawe 14 orang, Gayo Lues 15 orang, Aceh jaya 16 orang, dan Aceh Tenggara 17 orang.

Sedangkan untuk masalah kasus gizi buruk, kasus paling banyak terjadi di Kabupaten Aceh Besar (57 kasus), disusul Pidie (47 kasus), dan Aceh Timur (28 kasus). Sementara kasus paling sedikit terjadi di Sabang, yakni hanya 1 kasus, dan Banda Aceh 3 kasus.

Harus Konfrehensif

Terkait dengan pengurangan angka kematian bayi dan gizi buruk, menurut Yani, harus dilakukan secara konprehensif oleh seluruh dinas teknis terkait tidak hanya Dinas Kesehatan, tetapi juga Dinas Ketahanan Pangan dan Penyuluhan, Badan Pemberdayaan Masyarakat, dan dinas lainnya.

Dikatakan, kasus gizi buruk dan meningkatnya angka kematian bayi banyak terjadi di desa. Pertama, karena rendahnya pengetahuan sebagian masyarakat terhadap manfaat gizi bagi ibu hamil dan balita, kedua persoalan ekonomi dan pendapatan.

Karena itu program penyuluhan akan pentingnya gizi bagi kesehatan ibu hamil, dan pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil dan balita perlu ditingkatkan. Peran utama katanya, ada di pemerintah kabupaten/kota, dan ini bisa dilakukan dengan menggunakan dana otonomi khusus kabupaten/kota.

Anggaran sedikit

Kepala Dinas Kesehatan Aceh tersebut juga menyampaikan bahwa keberpihakan APBA dalam upaya peningkatan gizi ibu hamil dan balita masih sedikit. "Kalau dilihat dari total pagu anggaran kesehatan." memang besar, di atas Rp 1 triliun. Tapi begitu kita melihat keberpihakannya masih sedikit, " ujarnya.

Contohnya pada tahun 2015 ini. Dari sumber APBA disebutkan hanya bisa dialokasikan Rp 3,4 miliar, karena dana regional kesehatan Dinas Kesehatan Aceh habis terkuras untuk pembiayaan program JKRA yang mencapai Rp 464 miliar.


Sementara alokasi dari APBN lebih besar, mencapai Rp 6,7 miliar. Sehingga total anggaran untuk program peningkatan gizi dan program pengurangan kematian bayi dan ibu tahun ini hanya sebesar Rp 10,2 miliar.

No comments:

Post a Comment