BANDA ACEH – Dinas
Sosial dan Tenaga Kerja (Dinsosnaker) Kota Banda .Aceh, diminta lebih serius menangani
dan menertibkan gelandangan dan pengemis (gepeng), baik yang mengemis dari warung
ke warung, persimpangan jalan, maupun tempat-tempat umum lainnya. Warga merasa kenyamanannya
terganggu, apalagi ada sebagian gepeng yang terkesan memaksa.
Mahasiswi Universitas
Islam Negeri(UIN) Ar-Raniry Banda Aceh, Nur Aliban (22) kepada Aceh-gayo.blogspot.com,
Senin (27 / 4) mengatakan, kenyamanannya terganggu jika didatangi gepeng saat ia
sedang makan bersama teman-temannya. "Sekarang pengemis sudah mulai masuk ke
kantin-kantin di kampus. Mereka bilang mau cari uang karena sudah dua hari
tidak makan," kata Nur Aliban. Ia menyebutkan, para pengernis ini kondisi fisiknya
terlihat cukup sehat, sehingga tidak layak untuk diberikan sumbangan.
"Saya mau
kasih ke orang-orang yang cacat fisik, kalo orang sehat nggak mau ngasih. Saya
merasa tidak nyaman, kalau ada yang minta-minta sumbangan, padahal fisiknya
cukup sehat dan tidak cacat," ujarnya.
Menurutnya, jumlah
gepeng kini juga makin banyak. Dalam waktu 15 menit saja, kata Nur Aliban, terkadang
ada tiga sampai empat pengemis yang datang silih berganti. "Ada yang laki-laki,
ada yang perempuan sambil bawa anak, ada juga anak- anak, " katanya. Hal senada
disampaikan mahasiswi lainnya. Lisa Handayani (22).
Ia berharap Pemerintah
Kota (Pemko) Banda Aceh lebih sering melakukan razia Lalu pengemis yang
terjaring razia dibina dengan diberikan keahlian sehingga mereka bisa bekerja.
"Kalau kasih sedekah lihat dulu orangnya. Lebih baik antar langsung ke anak
yatim, masjid, atau dayah,"ujarnya.
Anggaran Khusus
Sementara Ketua DPRK
Banda Aceh, Arif Fadillah menilai penanganan pengemis belum tertangani dengan baik
oleh Dinsosnaker. Menurutnya, persoalan sosial itu harus ditangani secara tuntas,
selain ditertibkan juga dibina dengan memberikan sejumlah keahlian kepada para pengemis
tersebut. "Dibuat seperti panti sosial, kalau bisa menjahit atau membuat kue,
diberi bantuan sesuai keterampilannya.
Tiap tahun
ajukan saja dana pembinaan kepada pengemis atau penyandang sosial ini, yang bagus
anggarannya. Jangan untuk biaya rutin saja dianggarkan, untuk mereka juga perlu
dianggarkan biaya khusus," jelas Arif.
Menurutnya, selama
ini biaya yang dianggarkan untuk menangani para pengemis masih kecil dan tidak cukup
untuk dilakukan pembinaan. "Daerah kita daerah syariat, madarri, nyatanya tidak
membawa kemanuran bagi Saya melihat sendiri warga Banda Aceh juga ada yang menjadi
pengemis, dan anak-anak pun ikut mengemis," tandasnya.
No comments:
Post a Comment