SINABANG - Menyusul
terhentinya operasional pabrik es milik swasta yang selama ini menyuplai kebutuhannya
es untuk nelayan maupun agen penampung ikan di Simeulue, saat ini pasokan es di
daerah itu terhenti total.
Kebutuhan es untuk
mencegah membusuknya ikan ini hanya didapat dari produksi rumah tangga yang
persediaannya terbatas. Nelayan maupun agen penampung ikan berharap ada upaya pemerintah
mencari solusi agar kekurangan es di Simeulue bisa teratasi.
Karena, akibat kurangnya
ketersediaan es di daerah kaya hasil laut ini, para agen penampung ikan maupun nelayan
banyak yang merugi. Seperti dialami Iwan, agen penampung ikan di Simeulue, yang
dalam seminggu mengirim gurita dan ikan ke wilayah daratan sebanyak satu ton. Namun,
saat ini ia hanya bisa mengirim tiga fiber yang isinya tak sampai 400 kilogram.
"Sisanya, dari
pada membusuk saya bagikan ke warga. Kalau tidak cukup es, saya tidak berani kirim
ke daratan. Karena sampai di sana pasti membusuk," katanya, Selasa (28/4) di
Sinabang. Untuk kebutuhan es, ia mengaku harus mencari es batangan kecil
produksi rumah tangga yang dijual Rp 5 ribu per batang. Sedangkan kalau membeli
es melalui pabrik hanya Rp 15 ribu dan bisa tahan lama karena ukurannya lebih
besar.
"Pabrik es sangat
dibutuhkan di Simeulue untuk mendukung aktifitas nelayan maupun usaha perikanan.
" tandasnya. Nelayan lainnya malah menyesalkan produktivitas pabrik es milik
Pemkab Simeulue yang setelah dibangun tak memberi manfaat bagi nelayan.
"Pemkab Simeulue punya pabrik es, tapi tidak serius menjalankannya. Akhirnya
pabrik es milik pemerintah itu rusak tak bermanfaat sama sekali untuk masyarakat,
" ujarnya.
Untuk diketahui,
pabrik es milik Pemkab Simeulue di lokasi Simeulue Timur, sudah lama dibiarkan rusak
dan belum pernah beroperasi sampai saat ini. Sedangkan pabrik es milik swasta yang
selama ini mengatasi kebutuhan es bagi nelayan maupun pengusaha di bidang
perikanan, sudah lebih sepekan tidak beroperasi. Sehingga suplai es batangan di
Simeulue terhenti total.
No comments:
Post a Comment