BANDA ACEH - Industri
ayam petelur yang dibangun Pemerintah Aceh di kawasan Blang Bintang, Aceh
Besar, sudah mulai berproduksi dengan kapasitas 50.000 sampai 60.000 butir telur
per hari. Industri ayam ini dibangun pada tahun 2013 lalu, dengan pagu anggaran
mencapai Rp 30 miliar.
Kegiatan telah berjalan
selama setahun lebih dengan jumlah ayamyang dipelihara sebanyak 70.000 ekor. Saat
ini pengelolaan industri tersebut telah diserahkan kepada Koperasi Bintang Beusare.
Hal ini diketahui saat kunjungan Wakil Ketua I DPRA, Drs Sulaiman Abda MSi, dan
Asisten III Setda Aceh, Dr Muzakkar,ke lokasi pabrik, Kamis (12/2).
"Kita ingin
melihat apakah setelah berjalan satu tahun lebih, petemakan ini masih tetap beroperasi,"
kata Sulaiman Abda, DPRA ujar Sulaiman Abda, awalnya sempat ragu saat Dinas Peternakan
dan Kesehatan Hewan Aceh mengusulkan proyek kawasan pengembangan industri ayam petelur
terpadu di Blang Bintang. Apalagi plafon anggaran yang diajukan sangat besar,
mencapai Rp 30 miliar. Menurut Kepala Dinas Kesehatan Hewan dan Peternakan Aceh,
M Yunus, besamya dana yang dibutuhkan karena karena jumlah ayam yang akan
dipelihara mencapai 100.000 ekor.
Selain itu, di dalam
kawasan peternakan itu juga akan dibangun pabrik pengolah pakan ayam berkapasitas
10 sampai 20 ton per hari. Pembangunan pabrik pakan di lokasi industri peternakan
ini diperlukan untuk efisiensi biaya produksi dan kepastian suplai pakan ternak.
"Alhamdulillah sampai sekarang masih berjalan, dan pakan juga sudah
diproduksi sendiri dengan kapasitas mencapai 8 ton lebih per hari," ujar
Yunus.
Hanya saja lanjut
dia, pihak pengelola menghadapi kendala dalam mendapatkan bibit berkualitas untuk
menggantikan ayam-ayam yang sudah tua. Pihak pengelola sudah pernah melakukan pembelian
bibit ayam petelur di Medan, tetapi ketika dipelihara, tingkat kematiannya cukup
tinggi, mencapai di atas 50 persen.
Menurut Agus,
teknisi yang bekerja di peternakan tersebut, pembibitan ayam petelur bisa dilakukan
asal tersedia dana Rp 2 miliar hingga Rp 3 miliar untuk pembelian alat dan tempat
penetasan telur. Jumlah bibit yang dihasilkan mencapai 13.000 ekor. "Hasil
penjualan telurbaru cukup untuk biaya operasional, pemeliharaan dan gaji buruh.
Jadi belum bisa ditabung
untuk pembiayaan program pembibitan ayam petelur," ucapnya. Terhadap persoalan
itu, Asisten III Setda Aceh; Dr Muzakkar, mengatakan akan membicarakannya dengan
Dinas Kesehatan Hewan dan Peternakan Aceh, untuk dicarikan solusinya. Ia berharap
usaha peternakan ayam petelur ini bisa terus tumbuh dan berkembang dan mampu membiayai
kebutuhan operasionalnya secara mandiri.
No comments:
Post a Comment