BLANGPIDIE - Rumah
Sakit Umum Daerah Teungku Peukan (RSUD-TP) Kabupaten Abdya yang dibangun tahun 2006
lalu, hingga saat ini belum memiliki fasilitas lemari penyimpan mayat. Sehingga
jika ada mayat tanpa identitas yang dibawa ke RS tersebut, harus cepat dikebumikan
tanpa sempat diidentifikasi, karena tidak adanya lemari penyimpan mayat dimaksud.
"Rumah
sakit yang tergolong megah ini, ternyata tidak memiliki lemari penyimpanan mayat."
ungkap Hermansyah SH. tokoh masyarakat Abdya, Rabu (11/1). Hermansyah
mencontohkan, mayat wanita yang ditemukan dalam semak-semak dekat jalan raya Dusun
Sejahtera (Alue Baneng), Desa Ie Mirah, Kecamatan Babahrot tanggal 21 Januari lalu,
terpaksa dikebumikan satu hari setelah dibawa ke RSUD-TP.
Padahal, identitas
mayat itu belum diketahui, dan warga yang merasa kehilangan anggota keluarganya,
tidak punya kesempatan untuk mengidentifikasi mayat tersebut. "Hingga saat
ini, identitas mayat wanita itu masih misteri, karena jasadnya langsung dikebumikan,
akibat tidak adanya lemari penyimpan mayat." katanya.
Hal serupa juga terjadi
pada jenazah Hanium Muhaimi (14), santri wanita Pesantren Jabal Nur Jadid yang
meninggal dunia akibat terseret aliran Krueng Baru di Desa Persiapan Kayee
Aceh, Kecamatan Lembah Sabil, Abdya, Minggu (8/2) Lalu. Jasad santri itu terpaksa
disimpan di RSUD Ynlidin Away Tapaktuan, Aceh Selatan, karena jasad tersebut harus
disimpan selama satu hari sebelum dijemput keluarganya dari Simeulue.
"Masyarakat
minta Pemkab Abdya dalam hal ini Direktur RSUD-TP memberi perhatian terhadap kurangnya
fasilitas di RSUD-TP," ujar Hermansyah. Direktur RSUD Teungku Peukan, Darusman
SKM, mengaku bahwa rumah sakit yang dipimpinnya belum tersedia lemari penyimpan
mayat sebagai fasilitas kamar jenazah. "Kamar jenazah sudah ada, namun belum
adafasilitas lemari penyimpan mayat," katanya. Dia berjanji akan mengupayakan
pengadaan fasilitas itu pada tahun ini.
No comments:
Post a Comment