1.
Klasifikasi
Bangau Kecil
Bangau kecil
termasuk ordo Ciconiiformes dan famili Ardeidae menurut Mackinnon.[1]
Sulistiani menyatakan bahwa klasifikasi bangau kecil adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Aves
Ordo : Ciconiiformes
Famili : Ardeidae
Genus : Egretta
Spesies : Egretta garzetta
2.
Ciri-ciri
Umum Bangau Kecil
Bangau kecil (Egretta garzetta) merupakan bangau yang
berbulu putih dengan ukuran tubuh berkisar antara 60 cm, memiliki leher yang
panjang dan khas seperti berbentuk huruf “S”. Ujung paruh berwarna kuning pada
saat tidak berbiak, telapak kaki dan jari kaki berwarna abu-abu kekuningan,
tungkainya berwarna hitam serta kulit muka bagian pipi agak kekuningan. Panjang
paruh individu dewasa berkisar antar 15 – 20 cm. Musim berbiak ditandai dengan muncul
bulu-bulu kekuningan dipunggung, bagian dada dan mahkota kepala, paruh hitam
dan kaki berwarna hitam.[2]
3.
Habitat
Bangau Kecil (Egretta garzetta)
Habitat adalah
kawasan yang terdiri atas berbagai komponen fisik maupun biotik yang merupakan
kesatuan dan digunakan sebagai tempat hidup dan berkembang biak bagi makhluk
hidup.[3]
Habitat dapat dikatakan juga sebagai tempat hidup organisme.
Habitat
merupakan tempat dengan setiap unit kehidupan yang berada didalamnya dan mampu
melakukan aktivitas hidup dan mengalami interaksi dengan lingkungannya. Ini
disebabkan karena hewan mempunyai kemampuan hidup, tumbuh dan berkembang pada
kondisi lingkungan yang sesuai. Komponen habitat yang terpenting bagi kehidupan
satwa harus terdiri atas sumber makanan, tempat perlindungan dan air.[4]
Menurut Rusila,
selama periode tidak berbiak, burung pantai berkumpul dalam jumlah besar
disuatu lokasi tertentu. Hal ini akan menciptakan terjadinya kompetisi untuk
memperoleh makanan, wilayah mencari makan dan wilayah bertengger yang aman.[5]
Sebagian besar diantara wilayah tempat mereka mencari makan adalah berupa
wilayah pasang surut, sehingga burung pantai hanya bisa mancari makan pada saat
tertentu saja yaitu pada saat air surut. Kondisi tersebut tentu saja akan
menimbulkan tantangan lain bagi burung pantai untuk mencari makan. Untuk
mengatasi berbagai halangan tersebut sangatlah penting bagi mereka untuk
menerapkan mekanisme strategi makan yang efisien.
Salah satu jenis
lingkungan yang memiliki lingkungan yang produktif adalah bakau dan sekitarnya.
Kawasan ini merupakan daerah peralihan antara lingkungan teresterial dan
lautan. Umumnya ditumbuhi oleh jenis vegetasi yang khas berupa tumbuhan yang
relatif toleran terhadap perubahan salinitas, karena adanya pengaruh dari
pasang surut air laut.[6]
Bangau pada
umumnya menghuni daerah tropis dan subtropis. Biasanya mereka menjadikan daerah
perairan atau lahan basah dan sekitarnya sebagai habitat. Seluruh aktifitas
hidupnya bergantung pada keberadaan daerah tersebut. Hal ini berkaitan dengan
fungsi daerah tersebut sebagai penunjang aktivitas hidup yang menyediakan
tenggeran dan makanan yang melimpah bafi makhluk hidup disekitarnya.[7]
Faktor-faktor
tersebut diatas, beberapa hal lainnya juga dapat menjadi pembatas bagi mereka. Keberadaan
makanan mereka sendiri akan sangat dipengaruhi oleh faktor alam, misalnya
ketinggian pasang surut dan suhu yang akan sangat mempengaruhi penyebaran
vertikal dari pakan mereka. Setiap jenis burung pantai harus memiliki perilaku
makan yang efesien sehingga dapat mencari dan memperoleh makanan dalam jumlah
yang cukup dalam waktu yang terbatas. Menurut Ismanto, beberapa spesies dari
famili Ardeidae menjadikan daerah perairan tawar atau sekitarnya perairan
seperti rawa, tambak, hutan bakau dan muara sungai sebagai habitatnya.[8]
4.
Penyebaran
Bangau Kecil (Egretta garzetta)
Egrertta
garzetta memiliki daerah penyebaran luas meliputi Asia
Selatan, Asia Tenggara, Papua Nugini, Australia san Selandia Baru. Penyebaran
jenis ini di Indonesia meliputi Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Flores, Timor
dan kepulauan Maluku.[9]
Rukmi menyatakan bahwa koloni-koloni tempat berbiak
diketahui di propinsi Riau, pesisir Sumatera Selatan dan pulau Rambut di Jawa
Barat.[10]
Tercatat sejumlah burung dibeberapa tempat yang sesuai di Jawa Tengah bagian
Selatan dan Jawa Timur, tetapi tidak dipastikan berbiak. Mencari makan di
tempat yang sangat luas.
[1]Mackinnon, Morfologi egretta garzetta, (online), diakses melalui situs: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23936/4/Chapter%2011.pdf , pada tanggal 28 mai 2011.
[2]MacKinnon, J., K.Phillipps, B.
Van Balen, Panduan Lapangan:
Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan, Yogyakarta : Gajah
Mada University Press, 1993, hal. 63.
[3]Alikodra, H.S., Pengelolaan Satwa Liar, Jilid I.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi
Bogor. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, 1990.
[4] Ibid.,
[5]Rusila, Y. N., Panduan Studi Burung Pantra, Bogor :
Wetland International Indonesia. 2003, hal. 27
[6]Davies, N.B & Lundberg, Manfaat Lahan Basah dalam Mendukung dan
Memelihara Pembangunan, Direktorat Jenderal PHPA Indonesia. Asian Wetland
Bureau, 1996, hal. 34.
[7] Ibid.,
[8]A.Ismanto, Populasi dan Habitat Burung Merandai di Rawa Gombor Jawa Tengah,
Laporan Penelitian, Fakultas Biologi Universitas Gajah Mada, Yokyakarta, 1990.
[9]MacKinnon, J., K.Phillipps, B.
Van Balen, Panduan Lapangan:
Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan, Yogyakarta : Gajah
Mada University Press, 1993, hal. 66.
[10]Rukmi, D.S., Perilaku dan Kompetisi Interspesifik Kuntul Besar dan Cangak Merah di
Suaka Margasatwa Pulau Rambut Jakarta. Bogor: Program Pasca Sarjana, IPB,
2002, hal. 67
No comments:
Post a Comment