BIREUEN – Peralatan
rontgen di ruang radiologi RSUD Bireuen yang rusak sejak lima hari lalu, Jumat (16/1)
siang berhasil diperbaiki, Hasil itu didapat setelah teknisi rumah sakit
tersebut sejak tiga hari lalu bekerja keras memodifikasi spare part yang rusak pada
mesin procesing pencuci film. Namun, pihak rumah sakit tidak bisa memastikan berapa
lama alat yang di perbaiki tersebut akan bertahan atau dapat digunakan.
"Dengan sudah
bisa diperbaikinya alat itu, rontgen di ruang radiologi sudah berfungsi kembali
dan bisa rnelakukan rekam medis terhadap pasien seperti biasa. Kami sudah melakukan
ujicoba dan untuk sementara bisa berfungsi seperti sebelumnya," ujar Kabid
Penunjang Medis RSUD Bireuen, dr Zulkarnaen Adam kepada Aceh-gayo.blogspot.com kemarin.
Untuk mengantisipasi
kerusakan lagi, menurutnya, pihak rumah sakit sejak tiga hari lalu sudah memesan
spare part tersebut ke Korea dan diperkirakan akan tiba di Bireuen dalam beberapa
minggu ke depan.
Seperti diberitakan
kemarin, alat rontgen RSUD Bireuen rusak sejak empat hari lalu. Akibatnya. Pasien
tidak bisa melakukan perekaman medis. Rumah sakit itu berencana untuk bekerjasama
dengan rumah sakit swasta di Bireuen.
Bahas Program kerja
Secara terpisah,
semua kepala puskesmas di Bireuen, 15-16 Januari 2015 mengikuti rapat kerja
awal tahun di Aula Dinkes Bireuen. Dalam kegiatan tersebut antara lain dibahas program
kerja puskesmas tahun ini dan mengevaluasi hasil kerja tahun lalu.
Kadiskes Bireuen,
dr Arnir Addani M Kes meminta semua puskesmas di kabupaten itu untuk memaksimalkan
peran dan pelayanan kepada warga serta memantau dan memanfaatkan dana Bantuan Operasional
Puskesmas (BOK), dana Jaminan Kesehatan Nasional, dan dana APBK sebagaimana mestinya.
Ia juga meminta kepala
puskesmas tidak saja melayani pasien, tapi juga melakukan hal lain seperti mengamati
berbagai jenis penyakit, lalu mendata dan menangani sebaik mungkin agar kualitas
penanganan kesehatan di Bireuen lebih baik dari sebelumnya.
"Setiap
Puskesmas memperoleh dana BOK 70 juta rupiah per tahun, kemudian dana JKN menurut
kegiatan pelayanan dan jumlah penduduk yang berobat. Sedangkan dana APBK untuk kebutuhan
rutin seperti gaji. "Setiap Puskesmas kita harapkan dapat melaksanakan berbagai
program kesehatan dan memantau gangguan kesehatan yang dialami warga untuk memudahkan
penanganan, " pungkasnya.
No comments:
Post a Comment